Berinovasi dalam dunia bisnis bisa dikatakan Wajib hukumnya, munculnya pesaing-pesaing baru dalam bisnis kita membuat kita mumutar otak bagaimana produk yang kita hasilkan tidak terlempar oleh produk-produk baru yang di produksi oleh pesaing pesaing bisnis kita
Senada dengan kalimat diatas, hal ini juga berlaku bagi TELKOM, Untuk itu Telkom dalam menyediakan jasa di bidang komunikasi melakukan inivasi seperti di bawah ini :
Telkom Ekspansi Ke Silicon Valley : MENGAKSELERASI PERTUMBUHAN INDUSTRI KREATIF DIGITAL INDONESIA DENGAN MENGGANDENG SILICON VALLEY PARTNER
Telkom Corporate University menjadi fondasi yang kokoh untuk mencetak para Global Talent dan menyiapkan Human Capital Global Readiness melalui program Telkom International Capability Center untuk menyiapkan 1.000 orang Global Talent pada tahun 2013 dan 400 orang Global Ready pada tahun 2014.
Oleh karena itu, ada dua flagship
program yang menjadi pilar dari upaya bermetamorfosis menjadi a truly
global company yaitu yang pertama adalah Global Talent Program (GTP),
program pengembangan Human Capital berkualifikasi global melalui
penugasan karyawan di luar negeri (overseas assignment) selama 3 bulan;
dan kedua Program SUSPIM Internasional, program pengembangan Global
Readiness untuk para Top Talent yang diukur dengan Global Mindset
Inventor (GMI) dengan target GMI 3.2.
Pada kesempatan ini pula Principal juga
menyampaikan dengan berkembangnya era ekonomi kreatif akan bertumpu
kepada lahir dan tumbuhnya entrepreneur yang berbasis talenta, ide dan
teknologi atau disebut dengan Teknopreneur. Seiring perubahan lanskap
industri yang dipicu perkembangan teknologi dan gaya hidup, digitalisasi
telah merubah bahkan meruntuhkan tatanan industri informasi dan ekonomi
konvensional yang berbasis produksi dan distribusi fisik. Menjawab
tantangan tersebut
Telkom menetapkan Strategi SMART DISO
(Spesific Mass-customization Aesthetics Reliable Trusted Digital
Solution) sebagai framework dalam berinovasi dimana fokusnya ada dua
yaitu pengembangan digital ecosystem (virtual network) dan physical
planet (people network).
Telkom menyadari bahwa kesuksesan
inovasi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan untuk membuat produk namun
juga bagaimana Telkom mampu mengelola talent/people sebagai insan yang
berkreasi dan melahirkan produk. Dua type inovasi yang dikembangkan
TELKOM yaitu yang pertama adalah inovasi yang berasal dari dalam
perusahaan yang dilakukan oleh pegawai. Yang kedua, dilakukan para
innovator dari luar perusahaan untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya
yang diundang oleh TELKOM dengan cara memfasilitasi mereka melalui 4
(empat) hal utama yaitu memberikan tempat bekerja, dana, mentoring dan
akses ke pasar. Cara inovasi kedua ini juga sebagai bagian implementasi
“Mega Thinking” TELKOM, artinya tidak semua inovasi yang difasilitasi
hanya akan digunakan untuk keperluan bisnis Telkom, tetapi lebih dari
itu, yaitu TELKOM juga ingin mengembangkan industri kreatif digital di
Indonesia secara keseluruhan.
Mengingat aktivitas di tahap incubator
dan investment fund dibutuhkan pola pikir dan skill yang berbeda dengan
kegiatan bisnis utama Telkom, maka Telkom memutuskan untuk membentuk
Metra Digital Investama, yang berfungsi sebagai Corporate Venture
Capital (CVC) untuk Telkom Group. Metra Digital Investama ini berada
dibawah Telkom Metra, anak perusahaan Telkom yang fokus mengelola
portofolio Information-Media-Edutainment Telkom Group.
Dengan tujuan secara Mega, kita berharap
bahwa pengembangan CVC akan membantu pengembangan industri kreatif
nasional yang pada akhirnya mampu berkontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional.
Secara Makro, diharapkan Telkom
berpartisipasi dalam mengakselerasi industri CVC sebagai portofolio
investasi digital, menstimulasi terbentuknya ekosistem venture yang
berkelanjutan dan membawa mindset ‘Silicon Valley’ kepada para DiCo
(Digital Company) Indonesia.
Secara Mikro, dengan pembentukan CVC
tersebut diharapkan dapat memperkuat DNA (device-network-application)
solution ecosystem Telkom, menjadi salah satu pilar inovasi Telkom dalam
mendapatkan inovasi yang terbaik dan menjadi salah satu cara sumber
pendapatan baru melalui capital gain.
PT Telkom Indonesia berencana investasi
dalam kegiatan CVC senilai USD 200 juta dengan menggandeng beberapa
perusahaan modal ventura (venture capital) di Silicon Valley. Salah
satunya adalah Fenox Venture Capital yang berbasis di Silicon Valley,
USA untuk aktivitas CVC yang akan berada dibawah Telkom Metra. Inisiatif
ini menjadikan PT Telkom Indonesia sebagai perusahaan Indonesia pertama
yang merambah ke Silicon Valley.
Fenox Venture Capital dikenal sebagai
pemodal ventura yang telah memiliki portfolio investasi di banyak
startup dari Silicon Valley dan Asia (Jepang, Korea, dan beberapa negara
Asia Tenggara), seperti SideCar, Lark, META, ShareThis, JetLore, 99Co,
iMoney, TechInAsia, dan lainnya yang berjumlah lebih dari 37 portfolio
perusahaan.
Fenox Venture Capital juga sudah
berinvestasi di tanah air dengan BukaLapak.com dan Urbanindo.com. Sampai
dengan saat ini, hanya Fenox Venture Capital yang telah menyatakan
komitmennya untuk terus berinvestasi di Indonesia.
Untuk perihal investasi, CVC akan
melakukan investasi kepada perusahaan teknologi yang berhubungan dengan
“strategic fit” pertumbuhan bisnis PT Telkom Indonesia, dengan cara
mengoptimalkan seluruh kapabilitas dan seluruh sumber daya Telkom Group,
termasuk customer-based yang mencapai 150 juta pelanggan. Aktivitas
investasi tidak akan dibatasi pada perusahaan yang berada di Indonesia,
tetapi juga akses ke perusahaan-perusahaan yang berada di Silicon Valley
Amerika Serikat yang terkenal dengan inovasi dan pertumbuhan yang pesat
dengan tujuan membawa best practice industry (inovasi, start-up, dll)
ke dalam negeri.
Kerjasama ini merupakan suatu yang
berkesinambungan, karena Fenox Venture Capital berkomitmen untuk
membantu program inkubator Telkom dengan membawa mentor-mentor terbaik
dari Silicon Valley. Program dibawah CVC ini akan memperkuat posisi
inkubator bisnis yang sudah berjalan selama ini melalui Indigo yang
berlokasi di Bandung Digital Valley dan Jogja Digital Valley.
Melalui entitas CVC ini, Indigo akan
merambah lebih jauh kepada banyak universitas di Indonesia, dengan
menciptakan para entrepreneur muda yang berbasis ICT (Information
Communication Technology). Telkom percaya bahwa universitas akan
berperan sebagai ujung tombak pengembangan inovasi dan kewirausahaan,
atau yang disebut sebagai “center of excellence”. Hal ini pada
gilirannya akan membawa dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Fakta menunjukkan, bahwa sekitar 21% dari total GDP
Amerika Serikat disumbang dari industri digital di Silicon Valley.
Selain membawa keahlian Silicon Valley
ke Indonesia, Telkom juga akan mengirimkan beberapa startup terbaik
dibawah asuhan Indigo untuk mengikuti “immersion program” di Silicon
Valley. Di dalam “immersion program” ini, para startup diajak untuk
mengikuti mentorship lebih dalam dari para “startup founders” yang akan
memberikan wawasan global kepada startup terbaik.
Belajar dari pertumbuhan startup di
Silicon Valley ada beberapa hal yang perlu diambil sebagai pelajaran
dalam mengelola human capital perusahaan berbasis teknologi seperti
Telkom, bahwa untuk bisa tumbuh dibutuh inovasi dan berperilaku seperti
sebuah startup. TELKOM perlu melakukan eksplorasi mencari sumber-sumber
pertumbuhan baru agar selalu relevan dan unggul.
Sumber: http://www.telkom.co.id
No comments:
Post a Comment